Jumat, 31 Januari 2014

J.A.N.U.A.R.I

Januari ini akhirnya telah sampai pada ujung kisahnya. Januari ini begitu banyak kisah, cerita yang hadir silih berganti bersama tawa, suka, maupun duka dan haru. NikmatMu yang mana lagi yang kudustakan?

Awal Januari, bersama tim Radhwa & Paras, utk kali pertama berkumpul di malam tahun baru. Sharing. Cukup membuatku terjerembab dalam kubangan gejolak jiwa yang tak menentu. Bukan karena tak biasa atau tak suka. Melainkan tak menduga sedalam inikah rasa yang terasa. 

My Dream :D

Kali pertama aku membacakan mimpi-mimpiku pada mereka. Real Dream itu yang mereka sebut. Lima point yang aku tulis, yang aku sampaikan di depan 5 orang anggota kelompok dan mereka mendengarkan sekaligus mengAmini di akhir kataku. Entahlah baru kali ini hatiku bergetar kuat, disaat belum mulai kubacakan impianku tersebut. Bahkan hingga kini pun perasaan itu masih bisa kuingat dengan jelas. Apapun artinya aku tak mau memikirkannya, yang penting dan yang aku yakini mimpiku telah didengar oleh mereka,  oleh alam, semesta raya.  Yakinku Engkau pun kan memeluknya untukku. 

Januari, aku tak melupakanmu. 

Meski jeda waktu dan jarak ini begitu jelas terlihat. 

Sederhanaku mengingatmu melalui nada. 

Sesederhana kata yang selalu tersampaikan dalam sapa dan salam. 

Januari, tetaplah di sana saat mimpi ini masih tersenyum. 

Tetaplah di sini saat pelukan ini masih hangat dalam diammu. 

Januari..kamu ada meski tak terlihat olehku.


Bulan yang mengawali tahun ini pun membawa kejutannya sendiri. Di saat mulai bergeliat, mereka mengusik. Mereka berteriak seolah ingin mencengkeram mangsa. Aku tahu, mereka pun tahu bahwa ini kelak akan terjadi. Namun kecewaku terlalu dalam untuk mengerti. Ternyata topeng-topeng halus itu pun terkelupas, hingga tersembul warna kulit asli dari pemakainya. Aku pun tahu, tak ada hak untuk menetapkan hatiku di sini. Aku tak punya daya. Tak pula punya kuasa. Hanya terhenyak dengan kenyataan bahwa kelak dan itu pasti hati ini akan meninggalkan peraduannya dengan terpaksa. Entah kenapa aku berat, hatiku berat merelakan keluar dari sini. Kalaupun harus keluar, hatiku telah tertinggal dan menetap di sini. Di rumah ini. Lalu apa jadinya raga tanpa hati? 




Meski sakit, kecewa, sedih tapi Januari tetap beriringan, menjalani hari yang terus tergerus waktu. Januari kembali mengisinya dengan kegiatan bimbel Radhwa. Kembali melayani, kembali mengabdi, kembali berbagi, kembali mengisi hari dengan senyum dan sapa ramah dalam kebersamaan. Serasa luka dan kecewa itu sirna walau sebentar saja. Tapi senyum mereka jauh lebih menyembuhkannya. Di januari pula untuk kali pertama berhadapan dengan anak-anak di satu ruang kelas. Mendapati mereka dengan perasaan yang tak menentu. Bukan menakutkan, melainkan membingungkan harus mengajar tentang apa. Januari, di sini aku belajar untuk bersiap diri menghadapi segala kemungkinan yang tak diduga. Ya, sebab hidup memang UNPREDICTABLE.

Try Out w/ Radhwa

Januari, bersama Adptive, aku pun merasakan pengalaman yang berbeda. Dengan hanya 3 personil, pelatihan PPA Salatiga pun bisa dilewati dengan penuh kesan baik. Tiada yang sempurna, namun tiada pula yang Ideal di dunia ini. Namun kita bisa memberikan kesan terdalam pada satu kesempatan di tiap ingatan seseorang. Dan itu terjadi di Januari ini.


Pelatihan w/ Adaptive

Maka, Januari tetaplah menjadi awal di tiap jejak kisah. Di penghujung harimu ini bukan tanda Januarimu berakhir tapi mula dari kesetiaan menanti hadirmu kembali. Terimalah kasih ini. Selalu.



Kamis, 02 Januari 2014

Hidup Itu Indah



Hidup ini indah. Jadi nggak usah dibikin susah. Mending dinikmati. Suka nggak suka. Seneng atau spaneng. Ya disyukuri sajalah. Kita hidup itu kan tinggal menghitung hari. Ya kan? Emang tahu sampai kapan kita masih hidup di dunia ini? Kagak ada yang tahu ini. Apa? Ngerasa sehat dengan pola makan yang bener? Terus nggak bakalan mati cepet gitu? Hmmm…sapa yang bisa jamin?  Kagak ada. Orang tidur langsung bablas aja ada kok. Ga perlu nunggu masuk ICU segala. 


Nah..makanya paling gregetan kalau ada yang ngeluh, putus asa, ga punya daya juang buat hidup, bawaannya sediihhh mulu. Haduh…dinasihatin baik - baik eh complain, trus ngeyel pulak. Dihibur ga mau, dicuekin malah ngambek. Lah terus musti kudu diapain coba?!!! Mending kalau yang beginian ini abg abg labil, masih ada wajarnya dikitlah. Kalau udah buyuten begimane ceritanye ini Neng! 


Bener. Kalau kita kagak ngrasain langsung apa yang dia alamin. Bener. Kalau kita cuma liat dari persepsi yang dia bangun sendiri buat nunjukkin ke kita kondisi kengenesan hidupnya. Lah tapi kita ini sama – sama manusia yang notabene juga sama – sama pengen diperhatiin, pengen ditolong, pengen dibantu pas masa sulit. Mosok kita musti seribu persen kudu harus bantuin ELU doank seeehh! Setiap saat, setiap waktu, setiap moment, setiap tetek bengeknya. Kudu musti stand by everytime. Emang sini Satpam.


Ngerti kalau hidup ini ada yang namanya penyesalan. Ada juga kekecewaan. Itu pasti. Tapi apa gunanya kalau terus menerus menyesali. Apa untungnya juga terus menerus merasa dikecewakan. Ga ada yang bisa memutar waktu, terus bisa memperbaiki apa – apa yang salah. Ga ada yang bisa mengulang kejadian, lalu bisa dicegah tuh sesuatu yang nggak kita sukai agar ga terjadi. Emang ini dunianya Doraemon sama Nobita? Ini realita, ini kenyataan. Bukan dunia ‘Seandainya’. Yang bisa dilakukan setelah jatuh hanya bangkit lalu jalan. Apa? Mau bilang udah sering jatuh jadi ga bisa jalan lagi? NGESOT!!!


Ngerti juga kalau ada batasan dimana kita udah capek, lelah, ga tahu musti gimana. Tapi ya, adakalanya juga kalau situasi kondisi yang tak terkendali itu justru kesempatan kita buat mengetahui seberapa besar kemampuan kita menghadapi masalah. Seberapa kuat, seberapa tangguh, seberapa tegarnya kita. Mau bilang udah kelamaan sabar, udah kelamaan tegar dan sekarang udah karatan? Udah ga bisa di poles lagi? Jadi musti kudu dipapah gitu? Sekarang, jawab deh. Siapa yg bikin semuanya jadi karatan? Siapa yg mengijinkan semuanya itu tadi kelamaan?  Kenapa ga segera dipoles dulu – dulunya? Kenapa harus jadi kelamaan dulu? Kenapa ga diperkuat lagi? Kenapa harus nunggu bantuan? Iya kalau bantuan itu dateng, kalau nggak? Nyalahin yang bantu? Kenapa kok kelamaan datangnya? Gitu?

Hei...hidup ini bisa berubah secepat Sudut Pandang mana yang kamu pilih. Kalau terus menerus ngeluh. Silahkan. Tapi ga usah pengen kayak si ini, si itu, pengen punya ini, itu, pengen bisa begitu, begitu. Cukup diam ditempat. 


Dan kalau baca tulisan ini dan masih punya 1000 macam pembenaran lagi? Tutup. Buka fesbuk. Tulis status “YA TUHAN,GA ADA YANG BISA NGERTIIN AKU. AKU SEDIH RASANYA AKU PENGEN MATI SAJA!” ok? End. 

020114

*Apabila ada kesamaan kisah, nama, atau tempat, bukan merupakan kesengajaan.Ini hanyalah keGEREGETAN semata*  

#latepost *sengaja sih lagi ga mood sama orangnya :D*