Senin, 18 Januari 2016

19 Januari 2016


Pagi ini terbangun dengan bermacam rencana. Bukan untuk siapa. Hanya ingin menjejali dengan segala macam rencana. Yah, mencari kesibukan seperti itulah.
Hari ini sempat ragu ingin mempersiapkan banyak hal. Tapi urung, lalu berdamai dengan angin dan mendung yang menggelayut manja.
Pagi ini, iya baru pagi ini sebungkus rasa itu terbungkus rapi. Tanpa mau mempertanyakan kapan? Dimana?. Hanya sekedar membungkus dan meletakkannya di sana. Tanpa tahu tersampaikan atau terbengkalai tak tentu nantinya.
Pagi ini mencoba sebisa mungkin sibuk mengurus hal yang jauh dari rasa. Dengan harapan mengisi pertanyaan besar yang terus mengganggu sejak semalam.
Demam yang semalam bukan berasal dari virus atau kondisi tubuh yang tidak bugar, melainkan melayang-layanglah tanda tanya yang entah seberapa besar hingga membuatku kalah pada suhu tubuh yang meninggi.
Tadinya detik pergantian waktu ingin terjaga. Namun otak dan hati sedang berdebat hebat hingga memusnahkan niat memilih untuk menenggelamkan mimpi yang entah datang atau tidak. Dan ternyata nyenyak pun menjauh.
Iya, pagi hingga siang ini masih mencoba melerai nurani yang gusar mengakar. Mencoba bertahan kembali menyibukkan dengan entah apa ini. Seolah ingin hilang ingatan, sebentar saja.
Tulisan ini tak beda dengan ketidakjelasanku hari ini.
Ada hal yang tak biasa namun ingin terbiasa, ada yang hilang namun datang tanpa pertanda jelang.
Diri tersenyum tanpa arti. Bukan untuk siapa, bukan karena apa. Tapi menertawakan diri yang limbung dalam perasaan hati.
Pagi ini hari ini akankah mampu terlalui dengan hati damai tanpa jera mengulang lalu. Hari ini adalah hari dimana mata, hati dan pikiran tak searah sejalan. Seperti lilin yang kehilangan cahayanya. Yang menunggu api untuk merasakan hangat hingga panasnya membakar sumbu kehidupan. Sehingga lilin mampu memberitahukan bahwa hari ini, ada dan tiadanya aku adalah kamu.