Rabu, 17 April 2019

Memilih atau Dipilih #bukanpilpres

17 April 2019

Ini bukan soal pilpres. Bukan milih paslon yang mana. Bukan.
Memang hari ini bertepatan dengan pesta demokrasi. Semua berbondong bondong menuju tempat pemungutan suara.




Wait..
Abis ini mungkin agak lebay. Seterahlah. Bingung mau cerita ke siapa. Ngomong ke diri sendiri aja ga bisa bisa. Bego sendiri jadinya.

Jadi, benar hari ini kesadaran saya adalah mengiyakan bahwa semua orang akan datang ke TPS yang sudah ditunjuk. Dan kemelowan saya sedikit mengusik memory. Entah berapa tahun yang lalu, sempet bareng di satu TPS yang sama (oke, sampai sini udah ngerti kan, mau ngomongin apa) walaupun sepintas lalu.

Berhubung dalam 2 atau 1 tahun terakhir ada ketetapan hati yang sudah terkondisikan dengan tenang, aman, damai, sejahtera, namun ternyata semua itu "berbeda" dengan yang saya duga.

Saya tahu saya paham, saya sudah berada di titik " Oke, saya tidak akan memaksakan keadaan, karena memang segala sesuatu ada yg tidak bisa untuk dipaksakan. Saya juga sudah berada di titik TIDAK MAU BERHARAP PADA SIAPAPUN PADA APAPUN ITU"  Kalau toh hal ini dibilang salah, silahkan saja. Saya sudah cukup merasa lelah pada semuanya. Jadi saya bertahan hanya untuk menjalani hari saja.

Back to cerita, everything is normal. Tidak menunggu, menanti atau mencari cari. Sampai akhirnya, ada yang salah dengan jantung saya. Geblek. Kenapa nih? Pertanyaan bodoh yang sudah tahu jawabannya. Kan pengen memisuhi diri sendiri jadinya. Damn! Kenapa surat suaranya kayak kertas koran yak ...hehehehee
(ga nyambung kan? iya, otaknya juga sedang konslet ini)

Ternyata saya masih bodoh. Untuk urusan ini saya benar benar bodoh. Saya akui itu.
Udah tahu pisau itu tajem, masih aja mainan pisau. Udah tahu kepiris itu bisa berdarah, masih aja curi kesempatan ngiris. Kan GEBLEK!!

Ya, maafkan saya menodai pesta demokrasi dengan cacian untuk diri saya sendiri.
Yang bertekad baik baik saja, tapi ternyata ARE YOU OKAY???
Yang mantab "biasa aja", tapi ternyata "bisa biasa aja kagak?!!!"

Saya pengen terlahir kembali.
Tapi saya tahu saya punya hati yang tidak bisa saya kendalikan
Berada diantara ingin tapi tak ingin.

Lalu mencoba menata hati sekali lagi. Kembali logika berbicara, "tak perlu meminta, jika memang bukan menjadi yang utama"

Saat ini, merekalah yang utama.
Meski lirih sempat terlintas, bolehkah sedikit saja waktumu seperti dulu.
Namun entah berani menghilang dalam persembunyiannya.

Memilih untuk dipilih
Bukanlah jalan menuju hati yang sejati
Dipilih untuk memilih
Belum tentu menjadi tujuan abadi
Tentukan pilihan!
Adalah jawaban kemana hati sejati akan kembali menjadi kisah yang abadi

#pengencurhattapipastigabisangomongnya
#rindukuhanyadiam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar